Jumat, 26 Agustus 2011

dalam episodemu, perempuanku

dia letih memanggul masa silam. perempuan bersayap duka itu menanam senyap di keningnya. bersama pecah cahaya bulan dan pias silsilah luka. berat nian menanggung beban ingatan, pikirnya. dan angin perih tertidur di pahanya, menaruh gigil maut. sayang, kematian yang diburunya masih jauh diluput mata.



siang ini, dia rebahkan kenangan di pinggir lapang halaman. rumahnya tak lagi berkenan menampung peluh dan mengeringkan keruh. cerlang matanya terhalang kabut dan pekat nasib. tak ada keluh tak ada kesah. tak ada deras desah, apalagi airmata: takdir telah mengurasnya sejarak umur.



pertama dia mengenal lelaki saat seperempat abad umurnya. lelaki itu dikenalnya sangat mencinta. pesan pendek sebelum tidur adalah buktinya. begitu menyisakan jejak kesan. hingga suatu siang, lelaki itu datang padanya meminang dan menjinjing sekeranjang wangsit: berikan padaku selaput dara sebagai sesaji penanda cinta. sebagai perempuan miliknya dia pun mengorbankan semuanya. bukan karena cinta, bukan....tak lebih karena keterpaksaan. yang akhirnya dia terhempas pada sebuah kehidupan yang hanya bisa mengapung dalam sebuah status.



datanglah padanya lelaki kedua. lelaki dengan mata elang yang seakan-akan segera menerkam jiwa perempuannya. laki-laki yang ingin bercanda pada hawanya. yang kemudian meninggalkan dalam pasungan luka.



lelaki ketiga. mata ilalang yang harum, berambut sigara dengan senyum memesona. ada yang tak bisa ditolaknya dari lelaki itu: kata-kata sayang dijeda pelukan, dan kecupan di kening setiap memulai perpisahan. sungguh, dia berasa merupa sesungguh-sungguhnya hawa. hingga dilipat ketika, lelaki itu datang menuntut gelinjang ranjang. dan, sesudah seruntun upacara purba, meninggalkan sisa...sendirian merajah hidup.



bermula di sana hikayat luka. dipanggulnya kemana-mana. berhari-hari, bermalam-malam. apakah dia dendam? tidak. dia tidak pernah membiarkan hatinya ditelikung benci. orang tuanya dan agamanya mengajarinya rerupa cara bersabar dan menahan diri. dia tetap berdiri, begitu anggun begitu jelita. menanam kenangan pahit di tubuh dan jiwanya.



tapi, beberapa musim kemarin...seorang lelaki muda bersahaja menawarkan nirwana. terlupa semua bara neraka yang pernah singgah. dia pasrah memberi sepasrah menerima. dan...berbekal sayang...menyesap tamat di puncak dada. mengisap cairan paling perempuan di liang kelaminnya. lelaki itu pergi tanpa ciuman penghabisan.



dia bergegas menutup rapat semua pintu dan jendela. tak ada lagi yang bisa bertamu. tak ada lagi yang akan dijamu. dia perempuan berluka, memerah nestapa di beranda rumah...walaupun ada lelaki lain yang akan menerima hidupnya...dia mematung...mengulum hidupnya sendiri...hingga membuatnya membenci sosok laki-laki...



dia bukan sedang menggugat lelaki, meski bulan pecah di kepalanya. bukan pula mengacungkan yel-yel emansipasi. dia hanya memalung tanya...adakah selain berahi yang dicari lelaki?



@di balkon rumah Batu Ampar Lestari Balikpapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar